Penderita rematik kadang melupakan penyakitnya karena gejala yang dialami relatif tak terlalu mengganggu. Tetapi, jika dibiarkan rematik akan menjadi penyakit menahun dan sulit disembuhkan. Demikian diungkapkan dr. Rizasyah Daud, di Bogor, Jawa Barat, baru-baru ini. Saking lamanya, tak jarang penderita memilih penyembuhan alternatif dibanding berobat ke dokter. Padahal, jamu tradisional bisa menyebabkan kerusakan pada organ tubuh yang lain.
Rizasyah menjelaskan, rematik adalah istilah untuk menggambarkan terjadinya gangguan sendi, otot, atau jaringan lunak. “Masyarakat sering menyamakan rematik dengan Arthritis yang artinya peradangan sendi, padahal keduanya sangat berlainan, ” paparnya. Biasanya rematik berawal dari gejala encok, pegal, dan ngilu pada tulang. Terkadang gejala tadi, disertai rasa letih dan lesu yang berlebihan. Bahkan, pada beberapa kasus penderita akan mengalami kejang otot dan nyeri pinggang yang menyakitkan. Keluhan serupa juga akan muncul pada penderita arthritis.
Penyakit rematik ternyata tak pandang bulu. Rizasyah menyebutkan, rematik diderita seorang di antara seribu orang anak berusia satu hingga empat tahun. Kebanyakan anak-anak terkena rematik karena trauma dan infeksi pada tulang. Sedangkan kalangan muda biasanya akibat penggunaan sendi yang berlebihan. “Atlet paling banyak terserang rematik karena keseleo pada lutut atau engkel,” tambah Rizasyah. Tetapi, dari sejumlah jenis penyakit tadi, Ankylosing Spondilitis adalah penyebab utama tulang menjadi bungkuk. Dalam kasus ini faktor keturunan mempunyai peranan yang sangat besar tapi bukan genetik total.
Atas dasar itulah, masyarakat disarankan tidak terlalu banyak memakan hidangan berkadar kolesterol tinggi. Meski tak menjadi pantangan, orang yang kerap melahap makanan terbuat dari jeroan atau kacang-kacangan diyakini memiliki kemungkinan lebih besar untuk menderita rematik. Namun, Rizasyah meyakinkan bahwa kebiasaan mandi malam bukanlah penyebab rematik seperti mitos yang beredar selama ini.