Pendahuluan
Ankylosing spondilitis (AS), juga dikenal sebagai axial spondiloartritis, adalah penyakit autoimun yang terutama melibatkan sendi tulang belakang, sendi tulang ekor (sendi sakro-iliaka) dan jaringan lunak sekitarnya, seperti tendon dan ligamen. Penyakit autoimun terjadi jika sistem pertahanan tubuh kita gagal mengenali protein atau sel tubuh sebagai bagian dari tubuh sendiri dan menganggapnya sebagai protein atau sel asing sehingga terjadi reaksi perlawanan (peradangan sampai penghancuran atau eliminasi) terhadapnya. Pada kondisi lanjut, peradangan ini dapat menyebabkan fibrosis dan kalsifikasi, mengakibatkan hilangnya fleksibilitas dan fusi/penyatuan tulang belakang, menyerupai “bambu” (bamboo spine). Peleburan/penyatuan ini membuat tulang belakang menjadi kurang lentur dan dapat mengakibatkan perubahan dan kekakuan postur dan gerakan tubuh terutama tulang belakang (1,2).
Hingga kini penyebab pasti ankylosing spondilitis belum diketahui. Namun, terdapat dugaan bahwa kondisi ini berkaitan dengan kelainan gen (gen HLA-B27). Meski begitu, tidak semua orang yang memiliki kelainan gen HLA-B27 pasti terkena penyakit ankylosing spondilitis. Meski penyebabnya belum diketahui secara pasti, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena ankylosing spondilitis adalah sebagai berikut: (1,3)
-. Berusia remaja atau di atas 30 tahun
-. Memiliki keluarga dengan riwayat ankylosing spondilitis
-. Jenis kelamin pria
Tanda dan Gejala
Gejala awal ankylosing spondilitis dapat berupa nyeri punggung dan kekakuan di punggung bawah dan pinggul, terutama di pagi hari. Nyeri bertambah dengan istirahat dan berkurang dengan latihan atau aktifitas. Nyeri juga dapat mengenai sendi jari-jari tangan, serta tempat perlekatan tendon/ligament dengan tulang (misal pada lutut dan tumit). Nyeri leher dan kelelahan juga sering terjadi. Selain mengenai tulang, organ lain juga dapat terlibat pada penyakit ini. Manifestasi ekstraartikular (di luar sendi) yang paling umum dari AS termasuk penyakit radang usus dengan gejala diare atau kesulitan buang air besar (hingga 50%), radang mata (uveitis anterior akut) (25% hingga 35%), dan kelainan kulit (psoriasis) (sekitar 10%). AS juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Komplikasi paru juga terkait dengan AS, seperti berkurangnya pengembangan dinding dada dan penurunan mobilitas tulang belakang mempengaruhi pasien dengan pola paru restriktif/terbatas (4).
Seiring waktu, gejala dapat memburuk, membaik, atau berhenti pada interval yang tidak teratur (1)

Gambar 1. Ankylosing spondilitis akan menyebabkan penyatuan dari ruas tulang belakang (5)
Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis suatu AS, dokter ahli rematologi akan melakukan pemeriksaan menyeluruh mulai dari wawancara (keluhan, durasi, jenis nyeri, dan faktor resiko), kemudian pemeriksaan fisik tulang belakang dan sendi serta organ lain, dilanjutkan dengan pemeriksaan darah, pemeriksaan radiologis rontgen dan/atau MRI (terutama tulang belakang dan panggul), serta pemeriksaan genetik jika diperlukan. Keseluruhan informasi yang didapat tersebut, dengan menggunakan kriteria diagnosis dari ASAS tahun 2010 maka dapat ditegakkan suatu diagnosis ankylosing spondilitis (6).
Tatalaksana
Pengobatan penyakit ankylosing spondilitis memerlukan kerjasama multidisiplin ilmu, tergantung seberapa berat aktifitas penyakit serta komplikasi yang ditimbulkan, yaitu (4):
- Ahli rematologi: memberikan obat penghilang nyeri anti inflamasi, dan obat khusus untuk mengendalikan penyakit,
- Ahli saluran cerna (gastroenterologi): jika ada keluhan diare atau konstipasi,
- Ahli jantung (kardiologi), ahli mata, ahli saraf, dan ahli bedah: untuk komplikasi pada organ jantung, mata atau patah pada tulang belakang,
- Ahli rehabilitasi medik/fisioterapis,
- Ahli genetik, dan
- Ahli gizi: informasi tentang makanan khusus pada penderita dengan gangguan saluran cerna terkait autoimun.
Hidup dengan ankylosing spondylitis: tips untuk penyintas
Perawatan medis dapat membantu mengendalikan ankylosing spondilitis. Tetap aktif, olahraga dan memperhatikan postur tubuh Anda dapat sangat membantu dalam meminimalkan efek jangka panjang dari kondisi ini dan meningkatkan kualitas hidup Anda. Fisioterapis dapat membantu Anda merancang rencana olahraga dan menjaga postur tubuh yang baik (5,7).
Kesimpulan
Ankylosing spondilitis merupakan penyakit peradangan sendi, terutama pada sendi tulang belakang. Penyakit ankylosing spondilitis bersifat kronis atau jangka panjang, dan umumnya dialami oleh remaja atau dewasa muda. Seiring waktu, sendi dan tulang belakang (vertebra) dapat menyatu akibat pembentukan tulang baru (ankylosis), sehingga tulang belakang menjadi kaku dan tidak fleksibel. Pendekatan terapi multidisiplin ilmu diperlukan dalam penanganan penyakit ini untuk meminimalkan komplikasi jangka panjang.
Daftar Pustaka
1. Mayo Clinic. Ankylosing spondylitis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ankylosing-spondylitis/symptoms-causes/syc-20354808
Akses: 8 Maret 2023
2. Zhu W, He X, Cheng K, Zhang L, Chen D, Wang X, Qiu G, Cao X, Weng X. Ankylosing spondylitis: etiology, pathogenesis, and treatments. Bone Research (2019) 7:22; https://doi.org/10.1038/s41413-019-0057-8
3. Siloam Hospital. Bamboo spine (ankylosing spondylitis, penyebab dan gejala). https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/penyakit-bamboo-spine.
Akses: 8 Maret 2023.
4. Wenker KJ, Quint JM. Ankylosing Spondylitis. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470173/
Akses: 8 Maret 2023.
5. Versus Arthritis. Ankylosing spondylitis. https://www.versusarthritis.org/about-arthritis/conditions/ankylosing-spondylitis/
Akses: 8 Maret 2023
6. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Diagnosis dan Pengelolaan Spondiloartritis. Rekomendasi. 2021. ISBN 978-979-3730-37-0
7. Hopkins Medicine. Ankylosing spondylitis. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/ankylosing-spondylitis
Akses: 8 Maret 2023