IRA

Perhimpunan Reumatologi Indonesia
Indonesian Rheumatology Association

Apakah Tulang Anda Berisiko Osteoporosis?

Apa itu Osteoporosis?


Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan hilangnya jaringan tulang yang dapat menyebabkan tulang rapuh dan mudah patah. Jika Anda memiliki osteoporosis, Anda memiliki peningkatan risiko patah tulang.


Apakah Osteoporosis Hanya Dialami Lansia?


Osteoporosis sering dianggap suatu kondisi yang sering ditemui pada perempuan usia tua. Namun, kerusakan dari osteoporosis dimulai jauh lebih awal dalam hidup. Karena puncak kepadatan tulang dicapai pada usia sekitar 25 tahun, adalah penting untuk membangun tulang yang kuat pada usia itu, sehingga tulang akan tetap kuat di kemudian hari. Asupan kalsium yang cukup dan olahraga sangat penting untuk membangun tulang yang kuat.


Mengapa Osteoporosis merupakan Isu Kesehatan Masyarakat Penting?


Di Amerika Serikat, lebih dari 10 juta orang mengalami osteoporosis dan hampir 34 juta orang memiliki kepadatan tulang yang rendah. Sekitar 80% dari mereka adalah perempuan.Satu dari dua wanita dan satu dari delapan pria yang berusia lebih dari 50 tahun diperkirakan mengalami patah tulang karena osteoporosis dalam hidup mereka. Kelompok kulit putih dan ras Asia berada pada risiko yang lebih besar. Dengan bertambahnya usia, jumlah penderita osteoporosis dengan patah tulang akan meningkat secara substansial. Rasa sakit, penderitaan, dan biaya ekonomi akan sangat besar.


Apa Saja Gejala Osteoporosis?


Tulang yang normal tersusun dari protein, kolagen, dan kalsium, yang semuanya memberikan kekuatan pada  tulang. Tulang yang terkena osteoporosis dapat retak (fraktur) dengan cedera yang relatif kecil yang biasanya tidak menyebabkan tulang patah.


Kondisi osteoporosis dapat muncul tanpa gejala selama beberapa dekade. Oleh karena itu, pasien mungkin baru menyadari telah terkena osteoporosis ketika  mereka menderita patah tulang. Gejala tergantung pada lokasi fraktur.

Gejala Osteoporosis: Patah Tulang Belakang


Fraktur tulang belakang (vertebra) dapat menyebabkan rasa sakit yang menyebar dari bagian  belakang ke sisi tubuh. Selama bertahun-tahun, patah tulang belakang berulang dapat menyebabkan sakit punggung kronis serta tinggi badan yang menurun atau tulang belakang yang melengkung, memberikan penampilan seperti membungkuk

Gejala Osteoporosis: Stres Fraktur


Patah tulang yang terjadi selama aktivitas normal disebut patah tulang trauma minimal atau patah tulang stres. Sebagai contoh, beberapa pasien dengan osteoporosis mungkin mengalami patah tulang stres ketika sedang berjalan atau melangkahi pinggiran jalan.


Gejala Osteoporosis: Patah Tulang Pinggul


Patah tulang pinggul biasanya terjadi akibat jatuh. Tetapi dengan osteoporosis, patah tulang pinggul dapat terjadi sebagai akibat dari kecelakaan sepele. Patah tulang pinggul juga sulit untuk sembuh setelah operasi karena kualitas tulang yang buruk.


Apa Konsekuensi dari Osteoporosis?


Patah tulang karena osteoporosis menyebabkan  rasa nyeri yang cukup parah, penurunan kualitas hidup, kehilangan hari kerja, dan kecacatan. Hingga 30%  pasien yang menderita patah tulang pinggul akan memerlukan perawatan rumah dalam jangka panjang. Sekitar 20% dari wanita dengan patah tulang pinggul akan meninggal pada tahun berikutnya sebagai akibat tidak langsung dari fraktur. Selain itu, sekali seseorang telah mengalami patah tulang akibat osteoporosis, ia beresiko sangat tinggi menderita patah tulang yang lain di masa depan (beberapa tahun ke depan).


Faktor Apa Yang Menentukan Kekuatan Tulang?


Massa tulang (kepadatan tulang) adalah jumlah tulang yang ditemukan dalam struktur tulang. Umumnya, semakin tinggi kepadatan tulang, semakin kuat tulang. Kepadatan tulang sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan obat-obatan. Sebagai contoh, pria memiliki kepadatan tulang yang lebih tinggi daripada wanita. Orang Afrika Amerika memiliki kepadatan tulang yang lebih tinggi daripada orang Kaukasia atau Asia Amerika. Biasanya, kepadatan tulang terakumulasi selama masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 25 tahun. Kepadatan tulang kemudian akan terjaga selama sekitar 10 tahun. Setelah usia 35, baik pria maupun wanita biasanya akan kehilangan 0,3% -0,5% dari kepadatan tulang mereka per tahun sebagai bagian dari proses penuaan.


Menopause, Estrogen, dan Osteoporosis


Estrogen penting dalam menjaga kepadatan tulang pada wanita. Ketika kadar estrogen menurun setelah menopause, kepadatan tulang menurun dengan cepat. Selama lima sampai 10 tahun pertama setelah menopause, wanita dapat kehilangan hingga 2% -4% dari kepadatan tulang mereka per tahun! Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hingga 25% -30% dari kepadatan tulang mereka selama jangka waktu tersebut. Berkurangnya kepadatan tulang yang cepat setelah menopause merupakan penyebab utama osteoporosis pada wanita.


Apa Faktor Risiko untuk Osteoporosis?

– jenis kelamin perempuan

– Kaukasia atau ras Asia
– bentuk tubuh yang kurus dan kecil
– riwayat keluarga (misalnya, memiliki seorang ibu dengan patah tulang pinggul karena     osteoporosis akan meningkatkan risiko dua kali lipat terkena hal yang sama )
– riwayat pribadi mengalami patah tulang saat dewasa
– merokok
– Konsumsi alkohol yang berlebihan
– kurang olahraga
– diet rendah kalsium
– gizi buruk dan kesehatan umum  yang buruk
– penyerapan nutrisi yang buruk
– tingkat estrogen yang rendah
– kemoterapi
– hilangnya periode menstruasi (amenorrhea)
– peradangan kronis
– imobilitas, seperti setelah stroke atau kondisi yang mengganggu berjalan
– hipertiroid (hormon tiroid yang berlebihan)
– hiperparatiroid (produksi hormon yang berlebihan menyebabkan terlalu banyak kalsium yang dibuang dari tulang)
– kekurangan vitamin D (vitamin D membantu tubuh menyerap kalsium)
– obat-obat tertentu dapat menyebabkan osteoporosis, seperti penggunaan jangka panjang dari heparin (pengencer darah), obat anti kejang fenitoin (Dilantin) dan fenobarbital, dan penggunaan jangka panjang kortikosteroid oral (seperti prednison)


Bagaimana Osteoporosis Didiagnosis?


Rontgen (X-ray) rutin dapat menunjukkan osteoporosis tulang, yang terlihat lebih tipis dan ringan dari tulang normal. Sayangnya, pada saat X-ray dapat mendeteksi osteoporosis, paling tidak 30% dari tulang telah hilang. Selain itu, X-ray bukan indikator yang akurat dari kepadatan tulang. Penampakan tulang pada X-ray sering dipengaruhi oleh variasi dalam derajat paparan dari film X-ray.


National Osteoporosis Foundation (NOF), American Medical Association (AMA), dan organisasi medis ulainnya merekomendasikan  dual energy X-ray absorptiometry scan (DEXA atau DXA) untuk mendiagnosa osteoporosis. Pemeriksaan  ini mengukur kepadatan tulang di pinggul dan tulang belakang selama lima sampai 15 menit, menggunakan radiasi yang sangat sedikit (kurang dari sepersepuluh sampai seperseratus jumlah yang digunakan pada  standar X-ray), dan cukup tepat.


Siapa yang harus diuji kepadatan tulangnya?


Pedoman yang dikeluarkan oleh National Osteoporosis Foundation menyatakan bahwa ada beberapa kelompok orang yang harus dipertimbangkan pemeriksaan  DXA:


– semua wanita menopause di bawah usia 65 tahun yang memiliki faktor risiko osteoporosis;
– semua wanita berusia 65 tahun  atau lebih;
– wanita menopause dengan patah tulang, meskipun hal ini tidak wajib karena terapi dapat segera diberikan tanpa menghiraukan kepadatan tulang;
– wanita dengan salah satu kondisi medis yang berhubungan dengan osteoporosis, dan
– wanita yang keputusan untuk menggunakan obat tertentu mungkin dapat dibantu oleh pengujian kepadatan tulang


Bagaimana Mengukur Kepadatan Tulang?


Setelah selesai scan DXA, kepadatan tulang pasien kemudian dibandingkan dengan puncak kepadatan tulang rata-rata orang dewasa muda dari seks dan ras yang sama. Skor ini disebut “” skor T,”” dan kepadatan tulang dinyatakan dalam standar deviasi (SD) di bawah puncak massa tulang dewasa muda.


– Osteoporosis didefinisikan dengan nilai skor T kepadatan tulang -2.5 SD atau kurang.
– Osteopenia (antara normal dan osteoporosis) didefinisikan dengan skor T kepadatan tulang antara -1 dan -2.5 SD.


Bagaimana Cara Mengobati dan Mencegah Osteoporosis?


Tujuan pengobatan osteoporosis adalah mencegah patah tulang dengan menghentikan kehilangan massa tulang dan meningkatkan kepadatan dan kekuatan tulang. Meskipun deteksi dini dan pengobatan osteoporosis tepat waktu secara substansial dapat mengurangi risiko patah tulang di masa depan, belum ada terapi  yang benar-benar dapat menyembuhkan osteoporosis. Dengan kata lain, sulit untuk membangun kembali tulang yang telah rapuh oleh osteoporosis. Oleh karena itu, mencegah osteoporosis adalah sama pentingnya dengan pengobatan.

Berikut adalah beberapa pilihan pencegahan dan pengobatan pada osteoporosis:

Pencegahan dan Pengobatan: Latihan


Latihan memiliki berbagai efek kesehatan yang menguntungkan. Namun, olahraga tidak membawa peningkatan substansial dalam kepadatan tulang. Manfaat dari latihan untuk osteoporosis kebanyakan berhubungan dengan pengurangan risiko jatuh, mungkin karena keseimbangan yang lebih baik dan / atau kekuatan otot yang meningkat. Penelitian belum menentukan secara tepat jenis atau durasi latihan yang terbaik untuk osteoporosis. Namun demikian, kebanyakan dokter menyarankan latihan, seperti berjalan kaki setiap hari.


Sangat penting untuk menghindari latihan yang bisa mencederai tulang yang sudah rapuh. Pada pasien yang berusia lebih dari 40 tahun dan mereka yang memiliki penyakit jantung, obesitas, diabetes mellitus, dan tekanan darah tinggi, latihan harus diresepkan dan dipantau oleh dokter mereka. Latihan berat seperti lari maraton mungkin tidak sehat untuk tulang. Lari maraton/ latihan berat pada wanita muda yang menyebabkan penurunan berat badan dan hilangnya periode menstruasi malah dapat menyebabkan osteoporosis.


Pencegahan dan Pengobatan: Berhenti Merokok dan Kurangi Alkohol


Merokok satu bungkus rokok per hari sepanjang hidup orang dewasa bisa menyebabkan hilangnya 5% -10% dari massa tulang. Merokok mengurangi tingkat estrogen dan dapat mengakibatkan keropos tulang pada wanita sebelum menopause. Merokok juga dapat menyebabkan menopause dini.


Data tentang pengaruh konsumsi alkohol dan kafein pada osteoporosis tidak sejelas seperti halnya latihan dan rokok. Bahkan, penelitian mengenai alkohol dan kafein sebagai faktor risiko osteoporosis menunjukkan hasil yang sangat beragam dan kontroversial. Tentu saja, efek ini tidak sekuat faktor lainnya. Meskipun demikian, menghindari keduanya adalah bijaksana.


Pencegahan dan Pengobatan: Suplemen Kalsium


Membangun tulang kuat dan sehat membutuhkan asupan kalsium yang cukup. Yang penting, sekali osteoporosis hadir, diet tinggi kalsium atau suplemen kalsium saja tidak cukup dalam mengobati osteoporosis dan tidak boleh dipandang sebagai alternatif atau diganti dengan resep obat osteoporosis. Dalam beberapa tahun pertama setelah menopause, kehilangan massa tulang yang cepat dapat terjadi bahkan ketika suplemen kalsium tetap dikonsumsi.


Sayangnya, survei menunjukkan bahwa rata-rata wanita di Amerika Serikat mengkonsumsi kurang dari 500 miligram kalsium per hari dalam dietnya, kurang dari jumlah yang dianjurkan. Kalsium tambahan dapat diperoleh dengan minum lebih banyak susu dan makan lebih banyak yoghurt atau keju atau dengan mengkonsumsi tablet suplemen kalsium dan makanan yang diperkaya kalsium, seperti jus jeruk yang ditambah zat kalsium.

Pencegahan dan Pengobatan: Vitamin D


Asupan kalsium yang cukup dan tubuh yang cukup vitamin D adalah fondasi penting untuk menjaga kepadatan dan kekuatan tulang. Sayangnya, kekurangan vitamin D sangat umum dijumpai di Amerika Serikat. Vitamin D penting dalam beberapa hal:


– vitamin D membantu penyerapan kalsium dari usus;
– kekurangan vitamin D menyebabkan osteomalacia, yang selanjutnya melemahkan tulang dan meningkatkan risiko patah tulang, dan
– vitamin D, bersama dengan kalsium yang memadai (1.200 mg kalsium elemental), telah ditunjukkan dalam beberapa studi untuk meningkatkan kepadatan tulang dan menurunkan  kejadian  patah tulang pada wanita post-menopause tetapi tidak pada wanita pre atau peri-menopause.


Dewan Pangan dan Gizi dari Institut of Medicine telah merekomendasikan hal berikut sebagai asupan vitamin D yang memadai:


– 200 IU per hari untuk pria dan wanita 19 sampai 50 tahun;
– 400 IU per hari untuk pria dan wanita 51 hingga 70 tahun, dan
– 800 IU per hari untuk pria dan wanita 71 tahun dan lebih tua.


Sumber vitamin D yang baik adalah sinar matahari alami, susu yang diperkaya vitamin D, keju, mentega / margarin, sereal, dan ikan.


Pencegahan dan Pengobatan: Terapi Hormon Menopause


Terapi hormon menopause (sebelumnya disebut sebagai terapi penggantian hormon atau HRT) telah terbukti untuk mencegah keropos tulang, meningkatkan kepadatan tulang, dan mencegah patah tulang. Estrogen tersedia secara oral (Premarin, Estrace, Estratest, dan lain-lain) atau sebagai patch kulit (Estraderm, Vivelle, dan lain-lain). Estrogen juga tersedia dalam kombinasi dengan progesterone sebagai pil dan patch. Progesteron secara rutin diberikan bersamaan dengan estrogen untuk mencegah kanker rahim yang mungkin timbul dari penggunaan estrogen saja.

Wanita yang telah menjalani histerektomi (operasi pengangkatan rahim) dapat mengambil estrogen saja. Karena efek samping dari terapi hormon menopause, seperti peningkatan risiko serangan jantung, stroke, penggumpalan darah di pembuluh darah, dan kanker payudara, terapi hormon menopause tidak lagi direkomendasikan untuk penggunaan jangka panjang, melainkan penggunaan jangka pendek untuk meringankan menopause hot flashes. Setiap wanita harus  merundingkan terlebih dahulu mengenai terapi pengganti estrogen dengan dokternya.


Pencegahan dan Pengobatan: Pengobatan


Saat ini, obat yang paling efektif untuk osteoporosis yang disetujui oleh FDA adalah anti-resorptive agen, yang mencegah kerusakan tulang. Obat antiresorptif menghambat pennyerapan tulang (resorpsi), memperbaiki keseimbangan dalam membangun kembali tulang dan meningkatkan kepadatan tulang. Estrogen terapi hormon menopause adalah salah satu contoh dari agen antiresorptif. Lainnya termasuk alendronate, , risedronate, raloxifene,  ibandronate, dan zoledronate .


Modulator reseptor estrogen selektif (SERM) adalah kelas obat yang bekerja seperti estrogen dalam beberapa jaringan. SERMs dikembangkan untuk mendapatkan keuntungan estrogen dan menghindari potensi efek samping dari estrogen. Contohnya termasuk tamoxifen dan Raloxifene.


Pencegahan Patah Tulang Pinggul


FDA telah menyetujui pakaian pelindung pinggul untuk mencegah patah tulang pinggul pada orang tua dengan osteoporosis. Ini dapat bermanfaat bagi pasien tertentu yang berada di lingkungan panti jompo, meskipun sejauh ini perlindungan terhadap patah tulang pinggul yang diperoleh dengan penggunaan pelindung pinggul masih kontroversi.


Sekilas Osteoporosis


– Osteoporosis adalah suatu kondisi peningkatan kerentanan terhadap fraktur karena tulang yang rapuh.
– Osteoporosis melemahkan tulang dan meningkatkan risiko patah tulang.
– Massa Tulang (kepadatan tulang) menurun setelah usia 35 tahun dan menurun lebih cepat pada wanita setelah menopause.
– faktor risiko utama untuk osteoporosis meliputi faktor genetik, kurang olahraga, kekurangan kalsium dan vitamin D, riwayat patah tulang pada usia dewasa, menderita artritis reumatoid , merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan, berat badan rendah, dan keluarga dengan osteoporosis.
–  Pasien dengan osteoporosis tidak memiliki gejala sampai terjadi patah tulang.
– Diagnosis dapat dilakukan dengan X-ray dan dikonfirmasi dengan menggunakan tes untuk mengukur kepadatan tulang (DXA/DEXA).
– Pengobatan untuk osteoporosis, selain obat-obat osteoporosis, adalah olahraga yang cukup, menghentikan penggunaan alkohol dan rokok, serta latihan, kalsium, dan vitamin D yang cukup.


Sumber: www.medicinenet.com